06 Februari 2022

Bung Hatta, Kapan Menikah?

    
Didalam buku "Seratus Tahun Bung Hatta" yang ditulis oleh Meutia Farida Hatta mencantumkan bahwa Bung Hatta yang sudah berjuang untuk kebebasan dan kemerdekaan Indonesia sejak muda telah bersumpah tidak akan menikah selama Indonesia belum merdeka. Dengan adanya sumpah ini Bung Hatta sangat memegang prinsipnya dengan kuat, walaupun begitu hal ini bukan omong kosong belaka. Dikatakan oleh Bung Hatta, beliau pernah mengenal beberapa wanita cantik dan jelita pada masa itu dan saat sekolah di Belanda juga banyak mahasiswi yang hendak mendekati. Namun tetap saja Bung Hatta tidak tergoda dengan ajakan menikah meskipun selalu ada cara dari teman-teman beliau yang mengenalkan dengan wanita lain yang dirasa cocok dengan Bung Hatta.
    Bung Hatta yakin bahwa pendidikan yang sedang ditempuh merupakan pondasi yang kuat untuk membebaskan Indonesia dari belenggu penjajahan. Prinsip hidup Bung Hatta waktu itu nyatanya pernah menenggelamkan kisah cintanya dengan perempuan cantik bernama Anni, anak dari Teuku Nurdin yaitu seorang penerjemah pemerintah Nangroe Aceh Darussalam. Anni bukanlah seorang wanita biasa, dia adalah seorang nasionalis dan aktivis perempuan yang juga ikut andil dalam Kongres Perempuan Indonesia III di Bandung. Keduanya lantas menjalin kasih hingga sudah bertunangan, Namun Anni dan Bung Hatta memutuskan untuk berpisah dan tak jodoh hingga ke pelaminan. Karena pendirian Bung Hatta yang sangat kuat tentang pantang menikah sebelum Indonesia merdeka, akhirnya Anni kemudian menikah dengan kawan dekat Bung Karno, Abdul Rachim. Dari pernikahan tersebut Anni dikaruniai dua orang putri yaitu Rachmi dan Titi.
    Ketika impian perjuangan Bung Hatta terhadap Indonesia Merdeka terwujud pada 17 Agustus 1945, maka perjuangannya saat itu sudah mencapai final dan beralih ke urusan lain dimana yang salah satu ikrar yang telah ia janjikan "tidak akan menikah sebelum Indonesia Merdeka". Setelah Indonesia Merdeka, Soekarno sempat khawatir dan gelisah melihat Bung Hatta yang masih terus sendiri di usianya 40 tahunan bahkan ketika Indonesia sudah Merdeka. Oleh sebab itu Soekarno tidak mau melihat sahabat perjuangannya itu harus sendiri seumur hidup maka Soekarno melakukan cara agar Hatta bisa menikah. Saat Soekarno menanyakan sosok perempuan yang memikat hatinya, nama Rahmi Rachim pun muncul yaitu anak pertama dari mantan kekasih sendiri yaitu Anni.
    Bung Hatta sempat ragu untuk mengungkapkan niatnya untuk meminang gadis pujaan hatinya kepada sang sahabat, tetapi Soekarno demi cintanya Hatta maka Soekarno pun langsung melamar Rachmi untuk Bung Hatta. Ditemani oleh R. Soeharto, keduanya mendatangi rumah Anni yang tentu terkejut karena lelaki yang dulu memutuskan kisah cinta dengannya kini justru melamar putrinya. Terlebih usia Bung Hatta dan putrinya terpaut cukup jauh, Bung Hatta kala itu berusia 43 tahun dan Rachmi baru menginjak usia 19 tahun. Bung Hatta tak ubahnya seperti paman atau bahkan ayah bagi Rachmi.

    Ia kemudian meminta waktu untuk berdiskusi dengan anak perempuannya tersebut sebelum menjawab lamaran. Sebelum berpamitan, Bung Karno kembali meyakinkan Anni, “Hatta orang yang baik. Ia pemimpin yang baik dan ia adalah teman baik saya sendiri.” Bung Karno juga menutup kunjungannya dengan berpesan pada sang calon, Rachmi, “Dia laki-laki yang baik dan memiliki prinsip tinggi. Yakin kamu tidak akan kecewa.”

    Akhirnya lewat bantuan sahabatnya yaitu Soekarno, Hatta pun mendapatkan pasangan hidupnya dimana keluarga Anni telah menerima lamaran tersebut. Keduanya menikah pada tanggal 18 November 1945 di Bogor, Bung Hatta telah menepati janjinya pada Indonesia yang berisi pantang menikah sebelum Indonesia merdeka. Kisah cinta Bung Hatta tak berhenti di situ saja, Mahar yang ia berikan pada Rachmi sungguh istimewa.

    Sebuah buku berjudul Alam Pikiran Yunani, buku itu ia tulis ketika ia diasingkan di wilayah Digul sekitar tahun 1934. Rachmi memahami bahwa buku dan Hatta ibarat kepingan koin selalu bersama dan bersebelahan. Rachmi tak heran juga bahwa suaminya terkenal di Jepang dengan sebutan Gandhi dari Jawa. Bukan hanya pintar, Hatta juga merupakan seseorang yang diduga romantis. Saat istrinya hendak melahirkan anak pertama, ia masuk ke kamar bersalin sambil membawa roti isi buatannya. Hatta juga selalu memberikan tempat di dalam mobil yang bebas dari terpaan sinar matahari saat pergi dengan Rachmi. Keduanya telah dikaruniai 3 orang anak perempuan yaitu Meutia Farida Hatta, Gemala Rabi'ah Hatta, dan Halida Nuriah Hatta.

    "Setiap kesempatan yang kami jalani bersama terasa indah dan berharga, seperti serangkaian permata yang berharga," kata Rahmi.


Referensi:

- Noer, Deliar. (2012). Mohammad Hatta: Hati Nurani Bangsa. Jakarta: Buku Kompas.

- Meutia Fardia Hatta. "Seratus Tahun Bung Hatta" (Jakarta. Kompas 2002)